Lampung Utara, Sumateranewstv. Com — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lampung Utara menunjukkan respons cepat dan kepedulian tinggi terhadap kondisi Fania, bocah perempuan berusia 8 tahun asal Dusun Tanjung Bulan, Desa Sawojajar, Kecamatan Kotabumi Utara, yang menderita penyakit penumpukan cairan di otak. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, kehadiran pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan menjadi secercah harapan bagi keluarga kecil tersebut.
Kondisi Fania sebelumnya sempat menyita perhatian publik setelah diketahui mengalami penyakit serius yang membuatnya harus terbaring lemah dan menjalani perawatan jangka panjang. Penyakit yang dideritanya bukan hanya menguras fisik dan mental sang anak, tetapi juga menjadi beban berat bagi orang tuanya yang hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Pemantauan Rutin oleh Dinas Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara, Maya Natalia Manan, menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan secara rutin terhadap kondisi kesehatan Fania melalui fasilitas kesehatan setempat. Menurutnya, sejak awal diketahui adanya kasus ini, Dinkes tidak tinggal diam.
“Kami sudah beberapa kali ke Puskesmas Madukoro, Kotabumi Utara, untuk memantau perkembangannya. Fania menggunakan kartu BPJS yang masih aktif, dan secara rutin orang tuanya tetap mengambil obat di RS Handayani,” ujar Maya Natalia Manan melalui pesan WhatsApp, Selasa (16/12/2025).
Ia menegaskan bahwa pelayanan kesehatan terhadap Fania tetap berjalan, baik melalui puskesmas maupun rumah sakit rujukan. Dengan adanya BPJS yang masih aktif, proses pengobatan dasar Fania dapat terus dilakukan tanpa terhambat biaya administrasi medis.
Masalah Utama Bukan Hanya Kesehatan
Meski aspek medis terus dipantau, Maya Natalia Manan menjelaskan bahwa permasalahan utama yang dihadapi keluarga Fania saat ini tidak hanya berkutat pada persoalan kesehatan semata. Faktor ekonomi keluarga menjadi tantangan besar dalam proses pemulihan Fania.
“Yang jadi masalahnya untuk kehidupan sehari-harinya, karena orang tuanya kurang mampu,” terang Maya.
Keterbatasan ekonomi tersebut berdampak pada pemenuhan kebutuhan harian keluarga, termasuk kebutuhan nutrisi khusus yang sangat dibutuhkan Fania. Sebagai pasien dengan kondisi khusus, Fania membutuhkan asupan gizi tertentu yang tidak selalu mudah dipenuhi oleh keluarga dengan penghasilan tidak menentu.
Koordinasi dengan Dinas Sosial
Menyadari kompleksitas persoalan yang dihadapi keluarga Fania, Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara tidak bekerja sendiri. Maya Natalia Manan menyebutkan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk memberikan dukungan tambahan, khususnya dalam aspek ekonomi.
“Selain bantuan medis, kami juga akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk membantu dari sisi ekonomi keluarga,” ujarnya.
Langkah ini dinilai penting agar penanganan kasus Fania dapat dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya fokus pada pengobatan, tetapi juga pada kesejahteraan keluarga yang menjadi pendukung utama proses penyembuhan anak tersebut.
Rencana Membuka Donasi dari Komunitas Kesehatan
Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Utara menegaskan komitmennya untuk membantu Fania semaksimal mungkin. Bahkan, pihaknya berencana membuka donasi yang melibatkan komunitas kesehatan sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian sosial.
“Intinya kami akan membantu semaksimal mungkin agar bayi ini kembali sehat, serta akan membuka donasi dari komunitas kesehatan,” tukasnya.
Inisiatif membuka donasi tersebut diharapkan dapat meringankan beban keluarga, terutama untuk kebutuhan pendukung yang tidak sepenuhnya tercover oleh jaminan kesehatan.
Potret Kehidupan Fania yang Memilukan
Fania adalah bocah perempuan berusia 8 tahun yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain dan belajar bersama teman-temannya. Namun kenyataan berkata lain. Penyakit cairan di otak yang dideritanya membuat Fania harus menjalani hari-hari penuh penderitaan.
Ia merupakan anak kedua dari pasangan Haryadi (35) dan Yusnia (32). Kondisi Fania saat ini tampak sangat memprihatinkan. Tubuhnya lemah dan hanya bisa terbaring di tempat tidur. Di bagian tenggorokannya terpasang selang medis berlubang yang berfungsi sebagai jalur asupan nutrisi.
Setiap hari, Fania harus menahan rasa sakit yang terus menggerogoti tubuhnya. Aktivitas sederhana seperti makan dan minum tidak bisa dilakukan secara normal, melainkan melalui selang yang terpasang di tenggorokannya.
Tangis Kecil yang Menyayat Hati
Sesekali terdengar batuk kecil dari Fania. Setiap kali batuk, cairan keluar melalui selang yang terhubung langsung ke tenggorokannya. Tangis kesakitan pun tak jarang pecah, memecah keheningan rumah sederhana tempat ia dirawat.
Di sisi tempat tidur, sang ibu, Yusnia, setia mendampingi. Dengan penuh kesabaran, ia terus mengusap kepala Fania, mencoba menenangkan putrinya meski hatinya sendiri remuk melihat penderitaan anaknya.
“Kalau dia batuk, saya selalu takut. Takut kenapa-kenapa,” ungkap Yusnia lirih.
Awal Gejala Penyakit
Menurut penuturan Yusnia, gejala penyakit yang dialami Fania mulai terlihat sejak anaknya berusia sekitar 7 tahun. Saat itu, Fania sering mengalami kejang-kejang yang membuat keluarga panik.
“Awalnya Fania dirujuk ke RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek karena mengalami epilepsi,” ujar Yusnia.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, dokter menemukan adanya penumpukan cairan di rongga otak Fania. Diagnosis tersebut menjadi titik awal perjuangan panjang keluarga dalam menghadapi penyakit berat yang menimpa anak mereka.
Perawatan Panjang dan Operasi
Sejak diketahui menderita penyakit tersebut, Fania harus rutin menjalani pengobatan dan kontrol ke rumah sakit. Bahkan, ia sempat menjalani tindakan operasi dan dirawat di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek selama lebih dari dua bulan.
“Sejak itu Fania harus rutin ke rumah sakit. Bahkan sempat menjalani operasi dan dirawat lebih dari dua bulan,” kata Yusnia.
Masa perawatan yang panjang itu menjadi ujian berat bagi keluarga, baik secara fisik, mental, maupun finansial. Orang tua Fania harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan selama masa pengobatan.
Keterbatasan Ekonomi Keluarga
Ayah Fania, Haryadi, bekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu. Dalam kondisi normal saja, penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun dengan adanya kebutuhan pengobatan Fania, beban ekonomi keluarga menjadi semakin berat.
Meski demikian, Haryadi tetap berusaha sekuat tenaga agar anaknya mendapatkan perawatan terbaik. Ia berharap adanya perhatian dan bantuan dari berbagai pihak agar perjuangan Fania tidak berhenti di tengah jalan.
Harapan Besar untuk Kesembuhan
Kehadiran Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara dalam menangani kasus Fania menjadi harapan baru bagi keluarga. Langkah-langkah konkret berupa pemantauan rutin, koordinasi lintas instansi, serta rencana pembukaan donasi dinilai sebagai bentuk kepedulian nyata pemerintah daerah terhadap warganya.
Kisah Fania juga menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa masih banyak anak-anak yang membutuhkan perhatian serius, terutama dalam hal kesehatan dan kesejahteraan sosial. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas menjadi kunci utama dalam membantu anak-anak seperti Fania untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Penutup
Perjuangan Fania melawan penyakit cairan di otak bukanlah perjuangan yang mudah. Namun dengan dukungan keluarga, perhatian pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, serta kepedulian masyarakat luas, harapan untuk kesembuhan Fania tetap terbuka.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara menegaskan komitmennya untuk terus mendampingi dan membantu Fania semaksimal mungkin. Besar harapan, upaya bersama ini dapat mengembalikan senyum kecil di wajah Fania dan memberinya kesempatan untuk menikmati masa kanak-kanak seperti anak-anak lainnya. (*)
(Editor Pariyo Saputra // Redaksi Sumateranewstv. Com)

