Narasi Penganiayaan Cukup Ngeri Diduga Terjadi di Sebuah Asrama Pesantren, Pengelola Tidak Bisa Dibiarkan!

Nasional, (Sumateranewstv. Com) – Sebuah video amatir berdurasi sekitar 50 detik menggemparkan publik setelah beredar luas di berbagai platform media sosial pada Rabu (19/11/2025). Video tersebut memperlihatkan dugaan insiden penganiayaan brutal terhadap seorang anak laki-laki yang mengenakan baju berwarna oranye. Kejadian yang disebut-sebut berlokasi di dalam sebuah asrama pendidikan berbasis pesantren itu menimbulkan kecaman, keresahan, dan seruan keras kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan mendalam.

Peristiwa yang terekam itu memperlihatkan betapa tragisnya kondisi korban ketika dipukuli secara membabi buta oleh seorang anak lainnya yang mengenakan pakaian serba hitam. Tidak tampak sedikit pun upaya dari siapapun dalam ruangan itu untuk menghentikan aksi tersebut. Bahkan, terlihat bahwa kejadian itu berlangsung seolah telah menjadi kebiasaan, atau setidaknya bukan sesuatu yang mengejutkan bagi pihak-pihak yang berada di dalam lingkungan tersebut.

Video Viral yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Dalam video amatir tersebut, korban yang tampak masih berusia belasan tahun itu terus menerima pukulan demi pukulan menggunakan sebuah benda yang diduga sebilah kayu panjang. Setiap ayunan kayu mengenai tubuh korban, terdengar hentakan keras yang memicu sorakan ngeri bagi siapa saja yang menyaksikan rekamannya. Korban tidak mampu melawan, bahkan tidak terlihat upaya untuk melindungi diri secara maksimal. Dengan tubuh yang tampak lemah, ia hanya menerima serangan tersebut tanpa ada yang menolong.

Kondisi ruangan dalam video itu pun memperkuat dugaan bahwa kejadian berlangsung di sebuah asrama pendidikan, kemungkinan besar sebuah pondok pesantren atau lembaga pendidikan berasrama lainnya. Lantainya terlihat sederhana, dinding bangunan tampak seperti bangunan lama atau sarana pendidikan dengan fasilitas terbatas. Namun, hal yang paling disorot oleh publik bukanlah kondisi bangunannya, tetapi ketidakhadiran seorang pengawas, ustaz, pengelola, atau penanggung jawab ruangan tersebut.

Jika kejadian itu benar terjadi di lingkungan pendidikan berbasis pesantren, maka kegagalan pengawasan dapat dikategorikan sebagai kelalaian berat. Hal ini sekaligus memunculkan pertanyaan besar: bagaimana mungkin aksi kekerasan sedemikian brutal dapat terjadi tanpa satu pun pendidik atau pengurus mengetahui atau melakukan pencegahan?

Keresahan Publik dan Kecaman Terhadap Pengelola

Masyarakat luas, terutama para orang tua yang memiliki anak sedang menempuh pendidikan di pesantren, dibuat marah dan cemas setelah video tersebut beredar. Berbagai komentar di media sosial mempertanyakan kompetensi pengelola, keamanan lingkungan pesantren, serta sistem pengasuhan yang seharusnya menjadi landasan utama pendidikan di lingkungan berbasis keagamaan.

Keresahan ini sangat beralasan. Pesantren selama ini dikenal sebagai institusi pendidikan yang mengedepankan karakter, moralitas, kedisiplinan, serta pembinaan akhlak. Ketika terjadi penganiayaan yang justru dilakukan oleh santri sendiri kepada santri lainnya, masyarakat mempertanyakan sejauh mana proses pembinaan berlangsung. Kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan bisa saja terguncang jika kejadian semacam ini terus berulang dan tidak mendapatkan penanganan serius.

Berbagai tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan, hingga aktivis perlindungan anak pun ikut bersuara. Mereka menilai bahwa jika dugaan pengabaian ini benar, maka pengelola pesantren harus bertanggung jawab secara moral maupun hukum. Kelalaian dalam pengawasan terhadap anak-anak di bawah binaan institusi pendidikan merupakan tindakan yang tidak bisa dimaafkan. Apalagi jika insiden itu sampai menyebabkan cedera berat atau bahkan nyawa melayang.

Dampak Psikologis dan Trauma Jangka Panjang

Penganiayaan fisik seperti yang terlihat dalam video tidak hanya berpotensi menimbulkan luka fisik. Lebih jauh lagi, tindakan kekerasan tersebut dapat memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi korban. Anak-anak yang mengalami kekerasan cenderung memiliki trauma berkepanjangan, seperti rasa takut, kecemasan, kehilangan rasa aman, bahkan gangguan mental lainnya yang berpengaruh pada masa depan mereka.

Pakar psikologi anak menyebutkan bahwa tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan dapat menghancurkan aspek perkembangan mental anak. Ruang pendidikan seharusnya menjadi tempat paling aman bagi siswa atau santri untuk bertumbuh, belajar, dan mengembangkan karakter. Jika lingkungan tersebut justru menjadi tempat kekerasan, maka fungsi pendidikan telah bergeser menjadi ancaman serius bagi masa depan generasi muda.

Dampak sosialnya pun tidak kalah besar. Korban biasanya akan mengalami kehilangan kepercayaan terhadap lingkungan sosialnya, termasuk teman, guru, atau pengasuh. Selain itu, keluarga korban pun berpotensi mengalami tekanan psikologis karena tidak mampu melindungi anaknya dari kekerasan di tempat yang seharusnya aman.

Pihak Berwenang Diminta Turun Tangan

Sejumlah pihak mendesak aparat penegak hukum segera bergerak cepat melakukan investigasi mendalam. Meskipun lokasi pasti kejadian belum diketahui secara jelas, publik berharap penyelidikan dilakukan secara menyeluruh. Video tersebut berpotensi menjadi bukti awal untuk menelusuri identitas pelaku, korban, dan pengelola tempat pendidikan yang diduga terlibat dalam pembiaran.

Jika benar terbukti terjadi unsur kelalaian berat, maka pengelola institusi dapat dijerat pasal-pasal pidana terkait perlindungan anak. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak di Indonesia, pengabaian terhadap anak yang mengakibatkan kekerasan fisik atau mental dapat dikenakan sanksi hukum dengan ancaman hukuman penjara dan denda.

Masyarakat berharap aparat kepolisian atau pihak terkait tidak hanya fokus pada pelaku yang tampak dalam video. Pengawasan dan sistem pembinaan di lembaga pendidikan tersebut harus diteliti secara menyeluruh. Apakah kejadian ini merupakan insiden tunggal atau telah berlangsung berulang namun tidak terungkap?

Kejadian yang Harus Menjadi Pelajaran Nasional

Kekerasan di lingkungan pendidikan bukanlah hal baru di Indonesia. Namun, setiap kali video semacam ini beredar, masyarakat selalu dikejutkan kembali seolah-olah belum pernah mendengarnya. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan sistemik belum dilakukan secara memadai. Fenomena perundungan, kekerasan fisik, dan pengabaian sering kali muncul tanpa penanganan serius.

Kasus yang diduga terjadi di sebuah asrama pesantren ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi seluruh institusi pendidikan di Indonesia. Tidak ada satu pun lembaga yang boleh mengabaikan keselamatan anak-anak yang berada dalam pengawasan mereka. Sudah menjadi tanggung jawab mutlak bagi pengelola pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Lebih dari itu, kasus semacam ini harus membuka mata banyak pihak, mulai dari pemerintah, kementerian terkait, organisasi keagamaan, hingga orang tua. Pendidikan yang baik bukan hanya soal kemampuan akademik atau kedisiplinan, tetapi juga perlindungan fisik dan mental terhadap peserta didik.

Sampai Berita Ini Diturunkan

Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi resmi mengenai lokasi pasti kejadian maupun identitas mereka yang terlibat dalam video viral tersebut. Belum ada konfirmasi dari pihak-pihak yang disebut-sebut terkait. Aparat penegak hukum diharapkan segera melakukan koordinasi lintas daerah untuk mengidentifikasi asal video.

Sementara itu, masyarakat terus meminta agar kasus ini tidak dibiarkan berlalu begitu saja. Mereka khawatir bahwa tanpa perhatian serius, kejadian serupa akan kembali terulang di tempat lain dengan korban yang berbeda.

Publik juga mendesak agar lembaga pendidikan, terutama yang berbasis asrama seperti pesantren, memperketat sistem pengawasan. Pengelola diminta tidak hanya mengandalkan aturan tertulis tetapi juga memastikan seluruh pengajar, pengurus, dan pembina menjalankan fungsi pengawasan dengan baik.

Penutup

Video viral dugaan penganiayaan terhadap seorang anak di sebuah asrama pesantren ini telah membuka kembali luka lama mengenai lemahnya pengawasan di beberapa lembaga pendidikan. Kejadian ini bukan sekadar viral, namun merupakan alarm keras yang mengingatkan bahwa keselamatan anak adalah prioritas tertinggi.

Masyarakat menuntut keadilan bagi korban serta tindakan tegas terhadap siapapun yang terbukti lalai. Kejadian tersebut harus menjadi momentum untuk memperbaiki sistem pendidikan, terutama dalam aspek keamanan dan perlindungan anak. Tanpa perubahan yang konsisten dan menyeluruh, kejadian-kejadian semacam ini akan terus menghantui dunia pendidikan Indonesia.

Sumateranewstv akan terus melakukan pemantauan dan memberikan pembaruan informasi terkait perkembangan kasus ini.

Sumber: Komite Wartawan Indonesia Perjuangan (KWIP)

Editor: Pariyo Saputra / Redaksi Sumateranewstv. Com