Lampung, (Sumateranewstv. Com) — Dari lapangan penyidikan hingga langkah-langkah kemanusiaan di tengah masyarakat, perjalanan karier dan sikap Irjen Pol. Helmy Santika menggarisbawahi keseimbangan antara ketegasan profesional dan kepedulian sosial.
Di tengah dinamika tugas kepolisian yang menuntut ketegasan dan ketelitian, beberapa figur muncul sebagai teladan bagaimana kekuatan hukum berpadu dengan empati. Irjen Pol. Helmy Santika, S.H., S.I.K., M.Si. adalah salah satu nama yang menonjol. Rekam jejaknya yang panjang dalam dunia reserse menempatkannya sebagai penyidik dan pemimpin yang tidak hanya piawai mengungkap kasus besar tetapi juga tetap rendah hati dan dekat dengan masyarakat.
Awal Kehidupan dan Jejak Pendidikan
Helmy Santika lahir di Jakarta pada 20 Desember 1971. Sejak muda, ia menaruh minat besar pada bidang penegakan hukum. Jalan profesionalnya dimulai setelah ia menyelesaikan pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol) dan lulus pada tahun 1993. Lulusan Akpol seringkali ditempa keras, dan Helmy termasuk yang menunjukkan kecakapan investigatif sejak awal kariernya.
Pendidikan formalnya turut memperkuat kompetensi teknis dan manajerial. Gelar S.H. menandakan latar belakang hukum, sementara S.I.K. dan M.Si. memperlihatkan peningkatan kapasitas pada bidang kepolisian dan ilmu sosial yang relevan dengan tugas-tugas kepemimpinannya.
Lintasan Karier: Dari Polsek Hingga Pucuk Kepemimpinan
Lebih dari tiga dekade mengabdi, Helmy menempati beragam posisi strategis. Dia pernah menjabat sebagai Wakapolsek Setiabudi, sebuah pos yang memberi pengalaman penanganan masalah keamanan di kawasan urban Jakarta yang padat dan kompleks. Pengalaman di level kesatuan sektoral ini membekali Helmy kemampuan berinteraksi langsung dengan masyarakat luas.
Pengalaman berikutnya membawanya ke Bali sebagai Kapolsek Kota Denpasar, lalu ke ibu kota sebagai Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan. Pengalaman di unit reskrim di Jakarta selanjutnya mengasah kemampuan investigasinya terhadap kasus-kasus berat yang kerap memerlukan koordinasi lintas unit dan keterampilan forensik dasar hingga lanjut.
Jabatan sebagai Kasubdit Resmob dan Kasubdit Jatanras di Polda Metro Jaya menempatkannya dalam tim-tim yang menangani kasus spesifik seperti perampokan, penculikan, dan kejahatan terorganisir. Pengalaman itu kemudian berbuah tanggung jawab lebih besar saat ditugaskan sebagai Kapolresta Barelang, sebuah medan yang sarat tantangan karena posisi strategisnya sebagai jalur yang menghubungkan wilayah Indonesia dengan Singapura — rentan terhadap aktivitas penyelundupan lintas batas.
Di Kepri, sebagai Direktur Reserse Narkoba Polda Kepri, kepiawaiannya kembali diuji dan terbukti: ia berhasil mengungkap jaringan narkotika internasional, menunjukkan bahwa kemampuan investigasi Helmy tidak hanya beroperasi pada ranah domestik tapi juga berhadapan dengan modus lintas negara.
Peran Sentral di Bareskrim: Menghadapi Kasus Ekonomi dan Kejahatan Besar
Pada akhir dekade 2010-an, Helmy dipercaya mengemban tugas di Bareskrim Polri. Ia sempat menjabat sebagai Wadirtipideksus Bareskrim pada 2019, dan setahun kemudian menjadi Dirtipideksus. Dalam peran ini, fokus kerjanya berpindah ke kejahatan ekonomi: investasi bodong, pinjaman online ilegal, dan berbagai modus penipuan yang merugikan masyarakat luas.
Pekerjaan di Tipideksus menuntut pemahaman yang mendalam terhadap soal keuangan, teknologi informasi, serta jaringan kriminal yang memanfaatkan celah regulasi. Helmy dikenal sigap menggabungkan pendekatan intelijen, audit forensik, dan kerja sama antar-institusi untuk menelusuri aliran dana serta menemukan aktor-aktor utama di balik skema kejahatan ekonomi tersebut.
Deretan Kasus Besar yang Pernah Ditangani
Rekam jejak Helmy dipenuhi oleh sejumlah pengungkapan kasus besar yang sarat publikasi dan dampak luas. Di antaranya:
- Kasus Ryan Jombang (2008) — sebuah pembunuhan berantai yang membutuhkan ketelitian analitis untuk mengaitkan bukti di banyak TKP.
- Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen (2009) — penanganan kasus yang menuntut kepekaan soal motif dan bukti forensik.
- Pengusutan Gayus Tambunan — termasuk dalam kasus mega-korupsi yang menjadi sorotan publik dan memerlukan koordinasi antar-penegak hukum.
- Penculikan warga negara asing Ling Ling di Kepri — menunjukkan kemampuan lintas yurisdiksi untuk melindungi warga asing korban kejahatan.
- Penangkapan John Kei (2012) — penanganan kelompok kejahatan yang terorganisir dan berbasis kekerasan.
Keberhasilan pada kasus-kasus ini bukan sekadar torehan administratif; setiap pengungkapan memerlukan perencanaan taktis, pengumpulan bukti yang sah secara hukum, serta menjaga aspek keselamatan petugas dan saksi. Kepiawaian Helmy membuktikan bahwa kualitas penyidik dapat menentukan efektifitas proses peradilan pidana.
Kepemimpinan di Lampung: Visi, Aksi, dan Hasil Nyata
Saat memangku jabatan sebagai Kapolda Lampung, Irjen Helmy menunjukkan kepemimpinan visioner yang menitikberatkan pada kesinambungan antara penegakan hukum dan pemeliharaan rasa aman publik. Salah satu prestasi menonjol di masa jabatannya adalah pengungkapan jaringan narkoba yang dikaitkan dengan nama Fredy Pratama, yang disebut-sebut sebagai salah satu sindikat terbesar di Indonesia. Pengungkapan ini mengandung unsur penyelidikan panjang, kerja sama antar-instansi, serta strategi operasi yang matang.
Selain itu, Helmy juga mendapat apresiasi atas pengamanan arus mudik 2023 dan pengawalan pelaksanaan Pemilu yang berlangsung aman di Provinsi Lampung. Pada masa-masa kritis seperti aksi demonstrasi besar pada akhir September hingga awal Oktober, Helmy bekerja sama dengan unsur pemerintahan daerah dan unsur TNI (Pangdam XXI/Raden Inten) untuk melakukan pendekatan persuasif kepada massa. Hasilnya, ketegangan dapat diturunkan dan suasana relatif kondusif kembali terjaga — sebuah contoh bagaimana koordinasi sipil-militer dapat meredam potensi konflik.
Sisi Manusiawi: Rendah Hati dan Dekat dengan Warga
Di balik reputasi sebagai penyidik tegas, Helmy dikenal juga atas sifatnya yang rendah hati dan kepedulian sosial yang nyata. Bukti konkret muncul saat kunjungannya pada Sabtu, 8 November 2025, ketika ia bersama istri, Ny. Lurie Helmy Santika, dan ibunda melakukan kunjungan penuh empati ke keluarga almarhumah Mei Mudiyanti, seorang penderita kanker sarkoma di Dusun Tanjung Sari, Kelurahan Tanjung Dalam, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu.
“Bagi beliau, tugas polisi bukan hanya soal penegakan hukum, tapi juga soal kemanusiaan.” — Zulkifli, relawan Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung.
Kunjungan tersebut tidak berupa seremoni publik, melainkan pertemuan hangat personal: berbincang dengan keluarga pasien, mendengarkan kebutuhan nyata mereka, dan memberi dukungan moral maupun bantuan. Sikap seperti ini konsisten dengan sejumlah bantuan lain yang selama ini diberikan Helmy dan sang istri kepada pasien serta komunitas sosial di Lampung.
Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung, yang berdiri sejak 2018, menyatakan bahwa Helmy dan istri kerap menanggapi permintaan bantuan mereka secara cepat. Donasi yang diberikan bersifat bantuan medis langsung, kunjungan, serta dukungan logistik yang membantu meringankan beban keluarga pasien. Karena itu, komunitas menilai Helmy bukan hanya figur penegak hukum, tetapi juga figur kemanusiaan.
Gaya Kepemimpinan: Tegas, Profesional, namun Humanis
Gaya kepemimpinan Helmy menggabungkan unsur ketegasan operasional dengan pendekatan humanis. Ia menekankan pentingnya profesionalitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam setiap penanganan perkara. Bagi Helmy, kepercayaan publik harus dipertahankan dengan kerja keras tetapi juga dengan sikap hormat terhadap hak asasi manusia.
Salah satu strategi yang sering ia gunakan adalah penguatan kapasitas SDM: meningkatkan kualitas penyidik melalui pelatihan teknik forensik modern, tata cara penyidikan yang berlandaskan bukti, serta kemampuan berkomunikasi dengan publik secara akurat dan bertanggung jawab. Ia percaya bahwa polisi yang kompeten akan meminimalkan kesalahan prosedural yang berpotensi menggagalkan proses hukum.
Nilai-Nilai yang Ditanamkan: Integritas dan Pelayanan
Irjen Helmy kerap menegaskan bahwa integritas adalah fondasi utama institusi kepolisian. Menjaga nama baik institusi bukan hanya tugas pimpinan, melainkan tanggung jawab setiap anggota. Untuk itu, ia mendorong adanya mekanisme pengawasan internal yang kuat sekaligus saluran pengaduan publik yang dapat diakses masyarakat.
Selain itu, Helmy berupaya memperkuat paradigma kepolisian sebagai pelayan publik. Prinsip “polisi untuk rakyat” diterjemahkan ke dalam perilaku di lapangan: pelayanan yang cepat tanggap, bersikap sopan, dan bersedia turun membantu warga dalam situasi sehari-hari, tidak semata berfokus pada penindakan semata.
Penghargaan dan Pengakuan
Seiring panjangnya kiprah, Helmy menerima berbagai penghargaan dan pengakuan di lingkungan kepolisian. Penghargaan tersebut merupakan refleksi atas kinerja, integritas, dan keberhasilan dalam penanganan kasus-kasus prioritas. Namun, ia kerap menekankan bahwa penghargaan hanyalah konsekuesi dari kerja tim yang solid.
Dalam beberapa kesempatan, Helmy menunjukkan apresiasi yang tinggi kepada jajaran penyidik, penyidik pembantu, serta personel lapangan yang bekerja di bawah tekanan. Ia selalu menyatakan bahwa setiap keberhasilan adalah hasil kerja kolektif yang menggabungkan dedikasi, keahlian, serta keberanian.
Tantangan Era Modern: Kejahatan Siber dan Kejahatan Lintas Negara
Menghadapi tuntutan zaman, Helmy juga memfokuskan perhatian pada ancaman kejahatan yang semakin kompleks: kejahatan siber, penipuan berbasis teknologi, serta sindikat kriminal lintas negara. Ia mendorong terciptanya kerja sama yang lebih erat antara kepolisian, kementerian terkait, dan aparat penegak hukum negara-negara sahabat untuk menutup celah-celah operasional para pelaku kejahatan.
Pentingnya pemanfaatan teknologi juga ia tekankan — mulai dari sistem intelijen terpadu, analitik data kejahatan, hingga penggunaan forensik digital untuk menelusuri alur transaksi kejahatan ekonomi. Semua itu menurutnya harus dijalankan dengan tetap menjaga kaidah hukum dan hak asasi manusia.
Pesan untuk Para Penyidik Muda
Kepada penyidik muda dan generasi berikutnya di institusi kepolisian, Helmy memberi pesan tegas: menjadi penyidik yang baik berarti serius mempelajari hukum, mengasah kemampuan analitis, dan menjaga integritas pribadi. Selain itu, penyidik harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk menangani bukti-bukti digital dan pola kejahatan baru.
Menurutnya, penyidik yang hebat bukan hanya yang mampu menangkap pelaku, tetapi juga yang mampu menyusun berkas perkara yang kuat sehingga dapat bertahan di pengadilan. Proses penegakan hukum yang baik adalah proses yang dimulai dari penyidikan yang teliti dan etis.
Refleksi Publik: Mengapa Figur Seperti Helmy Penting?
Di era ketika kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum diuji, figur-figur seperti Irjen Helmy menjadi penting sebagai simbol bahwa penegakan hukum dapat berjalan efektif sekaligus berwajah manusiawi. Kepemimpinannya menunjukkan bahwa tindakan keras terhadap kejahatan tidak perlu mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Publik membutuhkan kepemimpinan yang mampu memberikan rasa aman, menegakkan hukum secara adil, serta menunjukkan empati kepada mereka yang menderita. Helmy, melalui tindakan-tindakannya, merepresentasikan perpaduan tersebut.
Penutup: Kekuasaan dalam Melayani
Irjen Pol. Helmy Santika adalah contoh nyata bahwa kekuasaan sejati terletak pada kemampuan melayani. Ketegasannya dalam menegakkan hukum seimbang dengan kesadarannya bahwa tugas seorang perwira adalah melindungi dan mengayomi seluruh lapisan masyarakat. Dari pengungkapan kasus besar hingga kunjungan penuh empati ke keluarga yang sedang diuji, perjalanan kariernya mengajarkan satu hal penting: bahwa profesionalisme, integritas, dan kemanusiaan bisa berjalan beriringan.
Di mata masyarakat Lampung dan rekan-rekan kerjanya, Helmy bukan sekadar pejabat tinggi; ia adalah figur penyidik dan pemimpin yang membumi, yang memahami bahwa legitimasi institusi dicapai lewat kerja keras, transparansi, dan kemampuan untuk tetap dekat dengan rakyat.
Ringkasan Profil
Nama: Irjen Pol. Helmy Santika, S.H., S.I.K., M.Si.
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 20 Desember 1971
Pendidikan: Lulusan Akpol (1993) dan pendidikan lanjutan kepolisian serta spesialisasi di bidang penegakan hukum dan manajemen.
Pengalaman Jabatan: Wakapolsek Setiabudi, Kapolsek Kota Denpasar, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Kasubdit Resmob & Jatanras Polda Metro Jaya, Kapolresta Barelang, Direktur Reserse Narkoba Polda Kepri, Wadirtipideksus & Dirtipideksus Bareskrim, Kapolda Lampung.
Capaian: Berhasil mengungkap berbagai kasus besar: pembunuhan berantai, jaringan narkotika internasional, kasus kejahatan ekonomi, serta penindakan terhadap sindikat kejahatan terorganisir.
Sumber: Komite Wartawan Indonesia Perjuangan (KWIP)




