Sorong Selatan, (Sumateranewstv. Com) – Keberadaan Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 763/SBA Pos Kokoda kembali membuktikan perannya yang vital dalam menjaga stabilitas keamanan dan keharmonisan sosial di wilayah perbatasan Papua Barat Daya. Pada Rabu (8/10/2025), prajurit TNI dari pos tersebut kembali menunjukkan dedikasi dan komitmennya dengan turun langsung membantu menyelesaikan perselisihan antar enam kampung yang sempat memanas di Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan.
Insiden yang melibatkan sejumlah warga dari beberapa kampung tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran masyarakat sekitar. Namun, berkat kesigapan dan pendekatan humanis dari personel Satgas Yonif 763/SBA, situasi dapat dikendalikan tanpa adanya tindakan kekerasan. Pendekatan yang dilakukan melalui komunikasi persuasif dan kearifan lokal terbukti efektif meredam emosi warga yang sempat tersulut akibat kesalahpahaman antar kelompok masyarakat.
Awal Mula Permasalahan dan Respons Cepat Satgas
Menurut keterangan aparat distrik, permasalahan antar kampung berawal dari persoalan batas wilayah adat yang telah lama belum terselesaikan. Ketidaksepahaman mengenai batas tanah tersebut memicu adu argumen antara warga dari enam kampung di Distrik Kokoda. Dalam waktu singkat, suasana memanas dan dikhawatirkan dapat menimbulkan bentrokan yang lebih besar.
Mengetahui situasi tersebut, Satgas Yonif 763/SBA Pos Kokoda segera melakukan langkah cepat. Dipimpin oleh Danpos Kokoda, sejumlah personel TNI bersama aparat distrik mendatangi lokasi kejadian. Pendekatan awal yang dilakukan adalah dengan menenangkan warga, menengahi perdebatan, serta memastikan tidak ada tindakan anarkis yang dapat merugikan pihak manapun.
“Kami bergerak cepat begitu menerima laporan adanya ketegangan antarwarga di beberapa kampung. Langkah pertama adalah memastikan situasi aman, baru kemudian kami fasilitasi pertemuan antara tokoh-tokoh adat dan kepala kampung untuk mencari akar masalah serta solusi bersama,” ujar Danpos Kokoda dalam keterangannya.
Pendekatan Humanis dan Dialog Budaya
Keberhasilan Satgas dalam meredam konflik ini tidak lepas dari pendekatan humanis dan dialog berbasis budaya lokal. Dalam proses mediasi, personel TNI mengedepankan prinsip kekeluargaan, penghormatan terhadap nilai adat, serta komunikasi dua arah dengan seluruh pihak yang berselisih. Pendekatan ini diapresiasi oleh tokoh-tokoh masyarakat karena dinilai sangat sesuai dengan karakter masyarakat Papua yang menjunjung tinggi nilai musyawarah dan mufakat.
“Kami tidak ingin ada kekerasan. Yang kami harapkan adalah kedamaian antar kampung. Kami bersyukur karena bapak-bapak dari TNI datang membantu kami, bukan dengan senjata, tapi dengan hati dan rasa persaudaraan,” ujar salah satu tokoh adat setempat, yang juga turut hadir dalam pertemuan damai tersebut.
Personel Satgas Yonif 763/SBA juga berkoordinasi dengan aparat pemerintahan distrik, kepala kampung, serta perwakilan gereja untuk memperkuat upaya mediasi. Dalam forum dialog yang berlangsung hingga sore hari itu, semua pihak menyampaikan pandangan dan keluhan masing-masing secara terbuka. Dari pertemuan tersebut akhirnya tercapai kesepakatan damai yang ditandatangani bersama di hadapan para tokoh adat dan aparat keamanan.
Kesepakatan Damai dan Komitmen Bersama
Dari hasil mediasi, enam kampung yang terlibat dalam pertikaian sepakat untuk mengakhiri perselisihan dan berkomitmen menjaga kerukunan antarwarga. Mereka juga sepakat untuk menyelesaikan permasalahan batas wilayah adat dengan cara musyawarah, melibatkan pihak pemerintah distrik dan lembaga adat yang berwenang. Kesepakatan tersebut menjadi tonggak penting dalam membangun kembali rasa saling percaya antar masyarakat Kokoda.
Dalam kesepakatan damai itu, warga juga diminta untuk tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang belum jelas sumbernya. Satgas Yonif 763/SBA bersama aparat distrik akan terus memantau kondisi keamanan agar tidak terjadi lagi ketegangan di kemudian hari. Langkah-langkah pencegahan ini termasuk kegiatan patroli bersama, pendekatan teritorial, serta pembinaan masyarakat di tingkat kampung.
Peran TNI dalam Menjaga Kedaulatan dan Kedamaian Wilayah
Kehadiran Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 763/SBA di wilayah Sorong Selatan bukan hanya bertujuan menjaga kedaulatan negara di perbatasan, tetapi juga menjalankan misi sosial untuk mempererat hubungan antara aparat TNI dan masyarakat. Melalui berbagai kegiatan sosial, pendidikan, kesehatan, hingga keagamaan, Satgas telah menjadi mitra masyarakat dalam menjaga harmoni dan persatuan.
Konflik antar kampung di wilayah Papua sering kali berakar pada persoalan sosial dan ekonomi, sehingga penyelesaiannya memerlukan pendekatan yang lebih dari sekadar penegakan hukum. Dalam konteks inilah, Satgas Yonif 763/SBA memainkan peran strategis dengan mengedepankan pendekatan kultural dan keadilan restoratif. Pendekatan ini menekankan pada pemulihan hubungan sosial, bukan pada pemberian sanksi atau hukuman.
“Kami di sini bukan hanya menjaga perbatasan, tetapi juga menjaga hati dan pikiran masyarakat agar selalu hidup dalam kedamaian. Bagi kami, keamanan sejati adalah ketika masyarakat merasa aman, dihormati, dan didengar,” ungkap salah satu personel Satgas yang turut serta dalam kegiatan tersebut.
Kemitraan dengan Tokoh Adat dan Gereja
Dalam setiap upaya penyelesaian konflik, Satgas Yonif 763/SBA selalu menggandeng tokoh-tokoh adat dan agama. Hal ini karena mereka memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat dan dihormati oleh warga setempat. Tokoh gereja di Distrik Kokoda, misalnya, turut memberikan pesan moral dan ajakan damai kepada seluruh pihak yang terlibat.
“Kami bersyukur karena aparat TNI tidak hanya bertugas menjaga keamanan, tetapi juga menjadi sahabat bagi masyarakat. Pendekatan yang dilakukan sangat lembut dan mengedepankan kasih. Inilah yang membuat masyarakat akhirnya luluh dan mau berdamai,” ujar Pendeta Markus, salah satu tokoh agama yang turut menjadi mediator dalam pertemuan tersebut.
Selain melakukan mediasi, Satgas juga memberikan bantuan sembako dan melakukan kegiatan gotong royong bersama warga dari enam kampung tersebut. Kegiatan ini bertujuan mempererat kembali hubungan sosial yang sempat renggang akibat pertikaian. Gotong royong dilakukan untuk memperbaiki rumah warga yang rusak akibat konflik kecil serta membersihkan area perkampungan sebagai simbol dimulainya babak baru kehidupan yang damai.
Dampak Sosial dan Psikologis dari Upaya Perdamaian
Penyelesaian damai antar kampung di Distrik Kokoda membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. Anak-anak yang sebelumnya takut keluar rumah kini sudah kembali bersekolah, aktivitas ekonomi masyarakat mulai pulih, dan hubungan antar keluarga yang sempat renggang kembali mencair. Selain itu, kegiatan ibadah dan adat yang sebelumnya tertunda kini bisa kembali dilaksanakan dengan penuh sukacita.
Bagi personel Satgas, keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan non-kekerasan dapat menjadi solusi efektif dalam menjaga keamanan wilayah konflik sosial. Mereka menilai bahwa perdamaian sejati di Papua hanya dapat terwujud apabila masyarakat diberi ruang untuk berbicara dan menyelesaikan masalah sesuai nilai-nilai kearifan lokal.
Strategi Satgas dalam Pencegahan Konflik Ke Depan
Pasca tercapainya kesepakatan damai, Satgas Yonif 763/SBA telah menyiapkan sejumlah strategi pencegahan agar konflik serupa tidak terulang. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain membentuk forum komunikasi masyarakat lintas kampung, melakukan kegiatan community gathering, dan membangun pos komunikasi cepat yang bisa diakses warga bila terjadi permasalahan.
Satgas juga akan meningkatkan kegiatan teritorial berupa penyuluhan tentang pentingnya hidup rukun, mengadakan kegiatan olahraga bersama antar kampung, serta program pembinaan anak muda untuk menyalurkan energi positif melalui kegiatan seni, olahraga, dan kerajinan tangan. Dengan cara ini, masyarakat diharapkan dapat memperkuat rasa persaudaraan dan saling menghormati perbedaan.
Testimoni dari Masyarakat Kokoda
Sejumlah warga yang sempat terlibat dalam konflik mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas peran Satgas Yonif 763/SBA. Mereka mengaku bahwa kehadiran TNI di wilayah mereka bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai pembawa solusi dan penyejuk di tengah ketegangan sosial.
“Sebelumnya kami marah, kami kecewa, tapi setelah didatangi bapak-bapak TNI, hati kami jadi tenang. Kami diajak bicara baik-baik, dikasih pengertian, dan akhirnya kami sadar bahwa pertikaian ini tidak membawa manfaat,” kata salah satu warga Kokoda Timur.
Perempuan dan anak-anak yang sempat mengungsi sementara kini telah kembali ke rumah mereka. Kehidupan sosial di Distrik Kokoda mulai kembali normal, dan masyarakat pun berkomitmen untuk terus menjaga perdamaian. Suasana gotong royong yang kembali tumbuh menjadi bukti nyata bahwa semangat kebersamaan masih sangat kuat di tanah Papua.
Penegasan dan Apresiasi dari Komando Atas
Keberhasilan Satgas Yonif 763/SBA dalam menyelesaikan konflik sosial antar kampung mendapat apresiasi dari komando atas. Dalam laporan yang diterima, pimpinan Satgas menyampaikan bahwa langkah-langkah yang diambil personel di lapangan sudah sejalan dengan prinsip operasi militer selain perang (OMSP), yaitu membantu pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Apa yang dilakukan prajurit di lapangan merupakan wujud nyata dari semangat TNI untuk hadir di tengah rakyat. Mereka tidak hanya membawa senjata, tetapi juga membawa solusi dan kedamaian,” ujar perwira yang membawahi Satgas dalam keterangan resminya.
Harapan untuk Kedamaian yang Berkelanjutan
Pada penutupan kegiatan, perwakilan dari enam kampung menyampaikan harapan agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang. Mereka juga berharap Satgas TNI tetap berada di tengah masyarakat untuk memberikan pembinaan, perlindungan, dan rasa aman. Tokoh-tokoh adat berkomitmen untuk terus menjaga hubungan baik antar kampung dan menghidupkan kembali forum adat yang berfungsi menyelesaikan permasalahan secara damai.
“Kami berharap kedamaian ini abadi. Kami tidak ingin anak cucu kami mengalami hal serupa. Kami akan terus berkoordinasi dengan TNI dan pemerintah agar setiap masalah bisa diselesaikan dengan baik,” ujar salah satu kepala kampung di hadapan warga dan aparat keamanan.
Satgas Yonif 763/SBA juga menegaskan bahwa mereka akan terus berkomitmen melanjutkan tugas pengabdian di wilayah Papua Barat Daya dengan semangat profesionalisme dan humanisme. Tugas menjaga kedaulatan negara di wilayah perbatasan akan selalu diimbangi dengan tanggung jawab moral untuk menciptakan ketenteraman dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
Penutup
Peristiwa damai yang terjadi di Distrik Kokoda ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan humanis dan dialog budaya mampu menjadi solusi efektif dalam meredam konflik sosial di Papua. Kehadiran TNI, khususnya Satgas Yonif 763/SBA, bukan hanya sebagai penjaga perbatasan negara, tetapi juga sebagai penjaga perdamaian dan persaudaraan di tanah Papua Barat.
Upaya yang dilakukan oleh prajurit Satgas Yonif 763/SBA layak menjadi inspirasi bagi seluruh elemen bangsa dalam menyelesaikan perbedaan melalui jalur musyawarah dan semangat persatuan. Perdamaian tidak bisa dipaksakan dengan kekuatan, tetapi harus dibangun melalui rasa saling percaya dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan terciptanya kesepakatan damai antar enam kampung di Distrik Kokoda, harapan besar tumbuh di hati masyarakat bahwa masa depan Papua yang damai, aman, dan sejahtera bukan sekadar impian, melainkan kenyataan yang sedang dibangun bersama.
(Sumber: Pen Yonif 763/SBA)
Editor REDAKSI: SUMATERANEWSTV. COM