Jenderal Sigit Ungkap 'Jurus Andalan' Polri Wujudkan Ketahanan Pangan

JAKARTA, (Sumateranewstv. Com) – Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional dan mendukung program pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto serta Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menunjukkan komitmen kuat melalui berbagai inovasi di sektor pertanian dan pengelolaan sumber daya pangan nasional. Langkah ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa Polri tidak hanya berperan dalam bidang keamanan, tetapi juga aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam mewujudkan swasembada pangan secara berkelanjutan.

Pada Rabu (8/10/2025), Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menghadiri kegiatan Penanaman Jagung Serentak Kuartal IV di wilayah Tangerang, Banten. Dalam sambutannya, Jenderal Sigit mengungkapkan berbagai langkah strategis dan inovatif yang telah dilakukan Polri untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani di seluruh Indonesia.

“Beberapa waktu yang lalu, kami telah melakukan inovasi, salah satunya pemanfaatan bibit unggul Hibrida P27 dan pupuk Tekno MIGO Presisi Bhayangkara. Inovasi ini terbukti mampu meningkatkan hasil panen dari rata-rata 4 ton per hektar menjadi 9 hingga 14 ton per hektar,” ujar Kapolri dalam sambutannya disambut tepuk tangan meriah para peserta kegiatan.

Pernyataan ini menegaskan bahwa Polri kini tidak hanya berfokus pada tugas-tugas keamanan dan penegakan hukum, tetapi juga memperluas perannya dalam mendukung sektor-sektor vital bagi kehidupan rakyat, seperti pertanian. Menurut Sigit, keberhasilan tersebut tidak lepas dari kolaborasi lintas sektor antara Polri, TNI, perguruan tinggi, lembaga riset, serta masyarakat petani di berbagai daerah.

Inovasi Pertanian Polri: Dari Bibit hingga Teknologi Pupuk Ramah Lingkungan

Dalam paparannya, Jenderal Sigit menjelaskan bahwa Polri telah mengembangkan sejumlah program unggulan yang berorientasi pada hasil nyata di lapangan. Salah satunya adalah penerapan teknologi pertanian presisi melalui penggunaan pupuk Tekno MIGO, yang dikembangkan secara internal oleh tim Bhayangkara Pertanian Polri.

Pupuk ini dirancang untuk efisiensi tinggi, hemat biaya, dan ramah lingkungan. Dengan kandungan organik yang disesuaikan dengan kebutuhan lahan dan jenis tanaman, pupuk Tekno MIGO terbukti mampu meningkatkan kesuburan tanah tanpa meninggalkan residu berbahaya bagi lingkungan. “Kami ingin menghadirkan teknologi pertanian yang tidak hanya produktif tetapi juga berkelanjutan. Prinsipnya, hasil melimpah tanpa merusak alam,” jelas Sigit.

Selain itu, Polri juga menggandeng Universitas Sriwijaya dalam riset dan pengembangan pupuk organik berbahan dasar eceng gondok. Tanaman yang selama ini dianggap gulma pengganggu di perairan, berhasil diolah menjadi pupuk bernilai ekonomis tinggi. Menurut hasil riset, biaya produksi pupuk eceng gondok hanya sekitar Rp773.000 per hektar, atau 86 persen lebih hemat dibandingkan pupuk kimia yang umumnya mencapai Rp5,9 juta per hektar.

“Selain menghemat biaya, pupuk organik ini juga ramah lingkungan, membantu menjaga kesuburan tanah, dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk impor. Ini sangat penting bagi kedaulatan pangan nasional,” tambahnya.

Program Rekrutmen Bintara Pertanian: Langkah Strategis Polri Bantu Petani

Langkah Polri untuk mendukung ketahanan pangan nasional juga diwujudkan melalui perekrutan 333 bintara dengan kompetensi khusus di bidang pertanian. Para bintara ini telah mendapatkan pelatihan intensif mengenai teknik pengolahan lahan, manajemen pertanian modern, serta pemanfaatan teknologi pertanian berbasis digital.

Dengan adanya personel khusus ini, diharapkan Polri mampu membantu masyarakat petani dalam proses pembibitan, perawatan tanaman, pengendalian hama, hingga proses panen dan distribusi hasil pertanian. “Kami ingin setiap bintara ini menjadi agen perubahan di desa-desa, menjadi pendamping sekaligus motivator bagi petani agar lebih produktif dan mandiri,” tegas Sigit.

Menurutnya, penguatan SDM di bidang pertanian menjadi langkah kunci untuk menciptakan sistem pangan nasional yang tangguh dan tidak tergantung pada impor. Polri bahkan menyiapkan modul khusus bagi bintara pertanian ini, bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan sejumlah universitas pertanian ternama di Indonesia.

Kolaborasi Riset: Ubah Eceng Gondok Jadi Pupuk dan Sampah Jadi Energi

Selain program pupuk organik, Polri juga memperkenalkan berbagai inovasi ramah lingkungan lain yang mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Melalui program Polriran (Polisi Peduli Pengangguran) di wilayah Polda Banten, Polri berhasil mengembangkan sistem pengolahan sampah organik menjadi eco-enzyme dan kompos.

Program ini tidak hanya membantu menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat yang terlibat. Sampah organik dari daun, buah, dan limbah dapur diolah menjadi cairan serbaguna untuk pupuk alami, pembersih, hingga pestisida nabati.

“Kami ingin mengubah paradigma bahwa sampah itu bukan masalah, melainkan potensi ekonomi. Dengan pengolahan yang tepat, sampah organik bisa menjadi solusi untuk kebutuhan pupuk di tingkat lokal,” jelas Jenderal Sigit.

Selain itu, Polri juga membudidayakan kelinci di wilayah Bangka Belitung. Kegiatan ini bukan sekadar peternakan, tetapi menjadi bagian dari ekosistem pertanian organik, di mana kotoran kelinci digunakan sebagai pupuk alami yang kaya nitrogen. Dengan sistem terpadu seperti ini, Polri berharap dapat mendorong model pertanian berkelanjutan yang bisa ditiru oleh masyarakat luas.

Mengubah Lahan Asam Jadi Subur: Kolaborasi dengan Universitas Lambung Mangkurat

Dalam kesempatan yang sama, Jenderal Sigit juga menyinggung kolaborasi Polri dengan Universitas Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan. Melalui penelitian bersama, Polri dan pihak universitas berhasil mengubah lahan basah dengan tingkat keasaman (pH) di bawah 5 menjadi lahan produktif yang layak tanam.

Inovasi tersebut memanfaatkan batu mineral khusus yang diimpor dari Korea Selatan untuk menetralkan keasaman tanah. Dari uji coba yang dilakukan di lahan seluas 5 hektar, hasil panen meningkat pesat hingga mencapai 8 ton per hektar setelah empat kali panen. “Teknologi ini sangat potensial diterapkan di berbagai wilayah Indonesia yang memiliki kondisi tanah masam. Ini bisa menjadi terobosan besar untuk membuka lahan-lahan baru yang sebelumnya tidak produktif,” jelasnya.

Teknologi Air Modern: Solusi Bagi Pertanian Kering

Tantangan lain dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah ketersediaan air, terutama di daerah kering dan sulit dijangkau. Untuk itu, Polri telah menerapkan teknologi Solar Water Pump dengan daya 5.680 watt serta alat Watergen yang mampu menghasilkan 100–350 liter air bersih per hari langsung dari kelembapan udara.

“Teknologi ini kami terapkan di beberapa daerah rawan kekeringan sebagai solusi agar pasokan air bagi pertanian tetap terjaga,” ujar Kapolri. Menurutnya, keberhasilan dalam mengatasi masalah air ini akan berdampak langsung pada stabilitas produksi pangan nasional, terutama di musim kemarau panjang.

Dengan sistem tenaga surya yang digunakan, pompa air ini juga ramah lingkungan dan efisien secara energi. Polri berharap, dengan teknologi ini masyarakat petani di wilayah terpencil tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih untuk irigasi maupun kebutuhan sehari-hari.

Membangun Gudang Ketahanan Pangan di 12 Provinsi

Dalam rangka mendukung ketersediaan dan distribusi pangan secara merata, Polri juga telah membangun 18 gudang ketahanan pangan di 12 provinsi di seluruh Indonesia. Gudang-gudang ini memiliki kapasitas total 18.000 ton dan didesain untuk menampung hasil panen berbagai komoditas strategis seperti jagung, padi, dan kedelai.

“Seluruh pembangunan gudang pangan ini telah rampung 100%. Gudang pertama di Jawa Barat akan segera diisi 100 ton jagung hasil panen, dan setelah itu menyusul provinsi lain,” ungkap Sigit.

Gudang-gudang tersebut akan menjadi titik distribusi utama dalam menjaga stabilitas harga pangan, mencegah kelangkaan di musim paceklik, serta menjadi pusat cadangan pangan darurat jika terjadi bencana alam atau gangguan distribusi.

Dari Hulu ke Hilir: Polri Hadir Sepenuhnya

Kapolri menegaskan bahwa dukungan Polri terhadap ketahanan pangan bukan bersifat simbolik, melainkan konkret dari hulu hingga hilir. “Mulai dari penyediaan bibit unggul, pupuk, alat teknologi pertanian, pendampingan petani, hingga distribusi hasil panen, Polri hadir di setiap tahap,” ujarnya tegas.

Menurut Jenderal Sigit, peran Polri dalam mendukung sektor pertanian ini juga menjadi bentuk nyata dari konsep Presisi yang selama ini diusungnya, yakni Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan. Dalam konteks pertanian, pendekatan ini diwujudkan melalui strategi prediktif terhadap potensi produksi dan risiko gagal panen, tanggung jawab dalam pelaksanaan program, serta transparansi dalam distribusi hasil pertanian agar tidak terjadi penyimpangan.

Sinergi Lintas Sektor: Polri, TNI, dan Pemerintah Daerah

Sigit menegaskan bahwa seluruh program ketahanan pangan yang dijalankan Polri berjalan berkat sinergi yang solid antara Polri, TNI, pemerintah daerah, serta masyarakat. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi model pembangunan partisipatif di bidang pertanian, di mana semua pihak turut terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

“Kami tidak mungkin bisa menjalankan semua program ini sendiri. Dibutuhkan kerja sama semua pihak, baik TNI, pemerintah daerah, akademisi, hingga masyarakat petani. Semangat gotong royong inilah yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia,” katanya.

Dampak Nyata di Lapangan: Produktivitas Meningkat, Petani Sejahtera

Program ketahanan pangan Polri ini telah menunjukkan hasil nyata di sejumlah daerah. Misalnya di Lampung, hasil panen jagung meningkat dua kali lipat setelah penerapan bibit unggul dan pupuk Tekno MIGO. Di Kalimantan Selatan, lahan rawa yang sebelumnya tidak produktif kini mampu menghasilkan panen berlimpah. Sementara di Jawa Tengah dan Sumatera Selatan, ribuan petani binaan Polri kini menikmati hasil usaha pertanian yang meningkat signifikan.

Bahkan, di beberapa wilayah, Polri juga membantu petani dalam pemasaran hasil panen dengan menghubungkan mereka ke koperasi dan pelaku industri pangan nasional. Langkah ini membantu petani mendapatkan harga jual yang layak dan stabil.

Menatap Masa Depan Pertanian Indonesia

Menutup sambutannya, Jenderal Sigit menyampaikan harapan agar seluruh masyarakat Indonesia terus mendukung upaya bersama dalam membangun kemandirian pangan nasional. Menurutnya, keberhasilan ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen bangsa.

“Kita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara yang benar-benar mandiri dalam bidang pangan. Tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga berpotensi menjadi pengekspor pangan bagi dunia,” tutup Kapolri.

Dengan berbagai inovasi yang telah dilakukan — mulai dari teknologi pupuk, pengolahan lahan, hingga pembangunan gudang pangan — Polri menunjukkan keseriusannya dalam menjaga stabilitas pangan dan kesejahteraan rakyat. Langkah ini juga menjadi bentuk pengabdian Polri kepada bangsa dan negara, sejalan dengan semangat “Polri Presisi untuk Indonesia Emas 2045.”

(Humas Polri / Sumateranewstv)