Tulang Bawang Barat – Gelombang pencurian motor yang terjadi di Desa Waysido, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat, menimbulkan keresahan yang mendalam di kalangan warga. Dalam dua bulan terakhir, sedikitnya empat warga melaporkan kehilangan sepeda motor mereka di kawasan areal peladangan desa.
Kasus pertama menimpa Waldi, warga RK 5 RT 17, yang kehilangan Yamaha Vega R tahun 2007 pada bulan Juli lalu. Saat itu ia sedang mengambil pakan kambing di ladang sekitar pukul 16.00 WIB. Selanjutnya, pada bulan Agustus, Casmad kehilangan motor Supra Fit miliknya di lokasi serupa. Di bulan yang sama, Anon juga melaporkan kehilangan motor Vega R, disusul Suradi yang kehilangan Supra X. Polanya hampir sama: para pelaku beraksi saat pemilik tengah fokus bekerja di ladang dan meninggalkan kendaraan tanpa pengawasan.
Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar: di mana fungsi aparat keamanan desa dan kepolisian setempat? Mengapa kasus yang berulang di lokasi yang sama tidak segera ditindaklanjuti dengan langkah pencegahan yang lebih serius?
Keresahan Warga Desa Waysido
Rasa was-was kini menghantui setiap warga Desa Waysido, terutama mereka yang sehari-hari menggantungkan hidup dari hasil kebun dan ladang. Aktivitas di lahan pertanian yang seharusnya menjadi sumber penghidupan kini berubah menjadi ruang penuh kekhawatiran. Bagi petani, motor bukan sekadar alat transportasi, melainkan juga sarana vital untuk membawa hasil panen, pakan ternak, hingga kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Hilangnya motor bukan hanya kerugian materi, tetapi juga trauma psikologis. Warga merasa seolah-olah tidak ada jaminan keamanan. Mereka takut meninggalkan rumah maupun motor di pinggir ladang. Bahkan ada yang memilih berjalan kaki atau menunda pekerjaan di kebun karena khawatir menjadi korban berikutnya. Situasi ini tentu berdampak besar terhadap produktivitas masyarakat desa.
Minimnya Pengawasan Aparat
Tokoh masyarakat Desa Waysido menilai lemahnya patroli keamanan dan minimnya pengawasan aparat menjadi celah empuk bagi para pelaku. Padahal, kawasan peladangan sudah sering disebut sebagai titik rawan. Namun, absennya langkah pencegahan membuat para pencuri leluasa menjalankan aksinya.
“Kalau terus dibiarkan, warga takut ke ladang. Ini bukan hanya soal kehilangan motor, tapi juga soal rasa aman,” ujar salah seorang tokoh desa saat ditemui wartawan.
Warga berharap Polsek Tulang Bawang Udik, Babinsa, hingga Linmas desa bisa hadir lebih intens di tengah masyarakat. Sinergi antara aparat dan masyarakat dianggap penting agar ruang gerak pencuri semakin sempit. Tanpa itu, keresahan dipastikan semakin meluas.
Tuntutan Warga kepada Aparat
Warga Desa Waysido menyampaikan beberapa tuntutan agar situasi keamanan dapat segera terkendali:
- Patroli rutin aparat kepolisian dan Linmas di titik rawan pencurian.
- Pemasangan pos pantau atau portal sederhana di akses menuju areal peladangan.
- Peningkatan ronda malam dan sinergi masyarakat dengan aparat keamanan.
Menurut warga, langkah-langkah ini bukanlah sesuatu yang sulit diwujudkan apabila ada kemauan dan koordinasi. Sebaliknya, jika dibiarkan, potensi terjadinya kasus serupa akan semakin tinggi. Rasa aman yang sudah terganggu sulit dipulihkan tanpa tindakan nyata.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Pencurian motor beruntun ini memiliki dampak sosial dan ekonomi yang luas. Dari sisi ekonomi, kerugian warga mencapai belasan juta rupiah. Harga motor yang hilang rata-rata berada di kisaran Rp7 juta hingga Rp12 juta. Bagi masyarakat pedesaan, jumlah tersebut sangat besar dan sulit untuk digantikan dalam waktu singkat.
Dari sisi sosial, keresahan warga menimbulkan ketidakpercayaan terhadap aparat keamanan. Warga merasa seolah-olah dibiarkan menghadapi masalah sendiri. Hal ini bisa memicu tindakan swadaya yang berlebihan, seperti main hakim sendiri, yang justru berpotensi menimbulkan konflik baru.
Pencegahan dan Edukasi Keamanan
Selain mengandalkan aparat, warga juga diharapkan meningkatkan kewaspadaan diri. Beberapa langkah sederhana dapat dilakukan untuk mengurangi risiko, seperti menggunakan kunci ganda pada motor, memarkir di lokasi yang terlihat, hingga bergantian menjaga kendaraan saat bekerja di ladang.
Pemerintah desa pun bisa mengambil peran dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keamanan kolektif. Misalnya, membentuk kelompok ronda siang khusus untuk mengawasi kendaraan yang diparkir di ladang. Dengan demikian, beban keamanan tidak hanya ditanggung individu, melainkan menjadi tanggung jawab bersama.
Seruan untuk Tindakan Tegas
Kasus pencurian beruntun di Desa Waysido menjadi sinyal serius bahwa sistem keamanan wilayah masih rapuh. Tanpa langkah tegas, bukan tidak mungkin keresahan warga akan semakin besar, dan kepercayaan terhadap aparat keamanan akan menurun. Warga berharap agar pihak kepolisian segera melakukan penyelidikan mendalam, menangkap pelaku, dan memastikan tidak ada lagi kejadian serupa.
Apabila aparat bergerak cepat, hal itu akan mengembalikan rasa aman sekaligus menjadi bukti nyata bahwa negara hadir melindungi rakyat. Namun jika sebaliknya, keresahan warga bisa berkembang menjadi ketidakpuasan yang lebih luas. Untuk itu, langkah cepat, tegas, dan terukur sangat dibutuhkan dalam menangani kasus ini.
Kesimpulan
Rentetan pencurian motor di Desa Waysido bukan hanya persoalan kriminal biasa, melainkan juga ujian bagi sistem keamanan lokal. Kasus ini menunjukkan perlunya kolaborasi erat antara masyarakat dan aparat agar ruang gerak pelaku dapat ditutup. Rasa aman adalah hak setiap warga, dan negara berkewajiban untuk menjaganya.
Dengan adanya desakan dari warga, diharapkan aparat lebih responsif, transparan, dan hadir secara nyata. Tanpa itu, keresahan akan terus menghantui dan produktivitas masyarakat desa pun akan semakin terhambat. Kasus Waysido hendaknya menjadi peringatan agar masalah keamanan di tingkat desa tidak lagi dianggap sepele, melainkan harus ditangani dengan serius dan terukur.